Welcome to the Jungle Called College!
Kampus
adalah tempat teraneh yang pernah gue temuin di muka bumi ini. Jauh
berbeda dari kehidupan SMA yang pernah gue jalanin. Pertama kali gue
menginjakkan kaki di kampus, gue merasakan ada aura-aura yang tidak
terbantahkan dan tidak terungkapkan yang menyelimuti pikiran gue. Aura
apakah itu? Yang pasti bukan Aura Kasih.
Seiring dengan
banyaknya hari yang gue jalani di kampus, gue mulai ngerasa enjoy dan
menemukan banyak anak-anak ajaib yang menjadi warga kampus.
Di
kampus, berbagai jenis makhluk ada, mulai dari yang normal sampai ke
tahap yang spektakuler. Dari jenis kutu buku, anak gaul, anak kupu-kupu
(kuliah pulang-kuliah pulang), sampai ke kunang-kunang
(kuliah-nangkring, kuliah-nangkring), ditambah berbagai jenis spesies
lainnya. Berbagai percakapan ini mungkin bisa sedikit menggambarkan
kehidupan gue bersama mereka.
“Eh, rambut gue lepek ga?
Gue mau ngedate nih sama cowok gue. Kalo balik dulu bakalan lama tapi
kalo keramas di salon deket kampus bakalan sayang duit. Aduuuh!”
“Ah, gue ga mau ke kantin ah, nanti rambut gue bau aseep, gue kan mau ngedate (ditambah adegan cium-cium rambut)”
Ya,
salah satu sudut yang sering disinggahi sama anak-anak di kampus gue
adalah kantin. Letaknya di sebelah mesjid dengan ukuran yang tidak
terlalu luas dan cukup apek, tanpa adanya ventilasi dan sirkulasi udara
yang cukup, sukses membuat semua yang menempel di tubuh berbau gorengan.
Pernah pada suatu waktu ketika dosen mengajar, ia berkata:
“Aduh, ini kok bau gorengan ya di kelas!”
Dengan polos, teman gue yang kental berlogat Jawa pun berkata,”Anuu.. Saya Bu, tadi saya dari kantin”
Atau
kelakuan teman gue yang lainnya. Nih cewek sayang banget sama
Blackberry-nya. Saking sayangnya, dia suka keterlaluan kalo ngasih
syarat-syarat buat orang bisa megang BB dia itu. Begini cuplikan
wejangannya:
“Jangan pencet-pencet tengahnya! Gue pencet nih tengah lu!”
Setelahnya, banyak orang mengurungkan niat untuk meminjam BB-nya.
Atau di saat demam UTS dan UAS. Ada sedikit kisah yang menuai tawa dan canda sebagai responnya.
Sebut saja namanya Andri. Begitu masuk kelas, doi langsung heboh dan berteriak-teriak ga jelas.
Seisi
kelas pun bertanya dia habis kesurupan apa dan dia berkata,”Adooooh,
tadi pagi gue udah niat banget bikin contekan di tangan. Tapi gue lupa,
terus cuci tangan, jadi aja hilang. Huwaaaa”
Lain lagi
dengan kisah di kelas Bahasa Indonesia, di saat sang dosen meminta ijin
untuk pulang lebih cepat karena ada urusan lain. Gue teriak “Yess”
dengan lirih. Lalu teman-teman gue yang lain pun berteriak-teriak,”Pak,
si Ncik nih Pak. Malah yes-yes-an.”
Sang dosen hanya menatap gue dengan senyum penuh makna.
Di kelas psikologi, ketika sedang membicarakan masalah kelainan dan fenomenal yang pernah terjadi, seorang senior angkat bicara.
“Ada, Bu fenomena lain,” kata senior itu dengan antusias.
“Ya, apa?” tanya dosen itu.
“Paus, Bu”
“Kenapa dia?”
“Gak punya kaki, Bu.”
Sekelas hening lalu berniat melepas sepatu dan melemparkannya ke arah senior tersebut.
Atau
seorang transgender, begitulah dosen humas gue menyebutnya, agak kejam
memang. Begitu selesai presentasi, dia duduk di sebelah gue dan
mencubit-cubit tangan gue dengan manja sambil berkata, “Aduuhh, tadi
presentasi Budi (nama disamarkan) jeleek bangeeet yaa? Gimana dong?
Gimana dong? (sambil berniat nyender di pundak gue, sebelum akhirnya gue
keplak kepalanya)”
Gue pun menjawab,”Ihh, boo. Yaudah sih nyante aja ciiin, bagus kok. Santai..”
Dia pun mengelap air mata yang hampir menetes dari pelupuk matanya.
Ada
lagi kisah konyol sewaktu dia nginep bareng temen-temen ceweknya. Jelas
aja nyokap si empunya rumah ngomel dan bilang,”Kok kamu ngajak cowok
nginep sih?”
Teman gue itu pun dengan santai menjawab: “Dia banci, Ma.”
Nyokapnya nanya lagi buat sekedar memastikan,”Beneran banci?”
Sebelum
sempat menjawab, si Budi pun pamit mau ke kamar mandi sambil berkata,
“Tante, Budi pipis dulu yaa. Nis, temenin dong. Budi takuut..”
Nyokap
si empunya rumah pun berkata,”Ya, ampun. Kamu itu yaa.. Banci sih banci
tapi kan onderdil kamu tetep laki, Budi. Masa mau ditemenin segala sama
Ninis.”
”Ih Tante, tapi Budi takut. Temenin ya Nis di depan pintu aja. Nanti pintunya ga Budi tutup.”
Percakapan tersebut mengundang gelak tawa semalaman suntuk.
Begitulah
kurang lebih kisah-kasih gue dan kampus tercinta.. yaa, sekitar 2 tahun
lagilah gue di sini. Akan ada sekitar sejuta kisah ajaib menanti gue..
Wish Me Luck!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar